Beranda | Artikel
Batilnya Angan-angan – Tafsir Surah Ali Imran 24
Kamis, 25 Januari 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Batilnya Angan-angan – Tafsir Surah Ali Imran 24 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 11 Rajab 1445 H / 23 Januari 2024 M.

Batilnya Angan-angan – Tafsir Surah Ali Imran 24

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَن تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِم مَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ

“Yang demikian itu karena mereka berkata, ‘Kami tidak akan disentuh api neraka kecuali beberapa hari yang terhitung saja.’ Dan itu menipu mereka dalam agama mereka dengan apa yang mereka telah ada-adakan.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 24)

Allah menceritakan tentang orang-orang Yahudi yang tertipu dengan angan-angan. Syaikh Utsaimin Rahimahullah menjelaskan bahwa mereka tertipu dalam agama karena menyangka bahwa mereka berada di atas kebenaran, bahkan sebagian mereka sengaja menolak kebenaran padahal mereka tahu. Mereka berkata, “Kami tidak akan disentuh neraka kecuali beberapa hari saja.” Mereka ucapkan itu karena meremehkan neraka.

Dari ayat ini, kita dapat mengambil faedah:

Batilnya angan-angan

Terkadang jiwa manusia memberikan angan-angan yang tidak mungkin terjadi. Orang-orang Yahudi itu berangan-angan bahwa mereka hanya akan masuk neraka untuk beberapa hari saja.

Jangan bersandar kepada angan-angan

Seorang insan jangan sampai dia bersandar kepada angan-angan. Perbuatan ini merupakan perbuatan orang Yahudi dan Nasrani. Banyak orang awam yang berbuat maksiat, lalu mereka berangan-angan, “Ah, gampang, nanti saya taubat. Allah Maha Pengampun kok.” Akhirnya mereka tertipu oleh pengampunan Allah. Mereka mengulur-ulur taubat, “Nanti aja, taubatnya kalau sudah tua. Mumpung masih muda.” Akhirnya, dengan angan-angan itu, mereka semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagian dari mereka tertipu, katanya yang penting wafat di atas tauhid. Kalau wafat di atas tauhid, selama wafat tidak berbuat syirik, Allah akan mendatangkan ampunan sebesar dosa kita. Bukankah Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Hai anak Adam, kalau kamu datang kepadaKu membawa dosa sepenuh bumi, lalu kamu mati meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku, Aku akan datang kepada kamu dengan membawa ampunan sepenuh bumi”? Orang ini tertipu. Dia berkata, “Kalau saya mati di atas tauhid, Allah akan datangkan kepada saya ampunan sebesar dosa saya.”

Maka kita katakan, “Akhi, siapa yang menjamin bahwa kamu akan mati di atas tauhid? Siapa yang menjamin bahwa kamu akan mati di atas Laa ilaaha illallah?” Berapa banyak orang yang meremehkan maksiat malah diseret kepada kekufuran, akhirnya ia mati dalam keadaan su’ul khatimah. Bahkan, na’uzubillah, ia mati dalam keadaan kekafiran.

Meremehkan maksiat itu bukan sifat orang yang beriman. Maksiat semakin diremehkan, semakin berat di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yahudi beriman kepada hari kebangkitan

Orang-orang Yahudi beriman adanya kebangkitan. Mereka beriman akan adanya surga dan neraka. Buktinya mereka berkata, “Kami tidak akan disentuh oleh neraka kecuali beberapa hari saja.” Berarti, mereka beriman akan adanya neraka. Namun, keimanan mereka tidak bermanfaat. Seharusnya, ketika mereka beriman kepada api neraka, semakin dekat dengan Allah, semakin lari dari maksiat. Namun, mereka malah menganggap remeh maksiat, dan mereka tertipu. Di mana orang Yahudi dan Nasrani berkata:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَىٰ نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ…

“Kami ini orang-orang yang dicintai oleh Allah, kami ini anak-anak Allah.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 18)

Maka Allah berfirman:

قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُم بِذُنُوبِكُم

“Katakan kepada mereka, ‘lalu kenapa Allah mengadzab kalian karena dosa-dosa kalian tersebut?`” (QS. Al-Ma’idah[5]: 18)

Kalau kalian orang-orang yang dicintai oleh Allah, tentu kalian tidak berani melakukan dosa, dan Allah pun tidak akan mengazab kalian. Tapi itulah mereka, tertipu oleh angan-angan.

Tertipu oleh amalan

Seorang insan terkadang tertipu oleh agama yang ia pegang. Dalam artian, seorang insan tertipu oleh amalan-amalan dia yang banyak. Allah berfirman di sini, “Dan mereka tertipu dalam agama mereka.” Kata “Din” dalam Al-Qur’an seringkali mempunyai makna amal. Contohnya:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ…

“Dengan mengikhlaskan untuk Allah din (amal).” (QS. Al-Bayyinah[98]: 5)

Artinya terkadang ada orang yang tertipu oleh amal shalihnya. Merasa amalnya sudah banyak. Tertipu dengan banyaknya shalat, zakat, puasa, haji. Kemudian dia berkata, “Kayaknya aku tidak mungkin diadzab oleh Allah.” Maka orang ini tertipu, karena yang terpenting bukan bagaimana kamu shalat, zakat, puasa, haji. Yang paling penting adalah bagaimana amal kita diterima oleh Allah. Dan tanda orang yang diterima amalnya, dia tidak akan merasa ‘ujub, tidak tertipu dengan amalnya. Justru dia akan merasa amalnya sedikit. Berapa banyak orang yang beramal ternyata ia tidak mendapatkan kecuali kelelahan saja. Mengapa? Karena ia melakukan pembatalnya. Di antara pembatalnya adalah ‘ujub dan sombong dengan amal shalihnya. Akhirnya, Allah batalkan amalnya, na’uzubillah.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Batilnya Angan-angan – Tafsir Surah Ali Imran 24


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53863-batilnya-angan-angan-tafsir-surah-ali-imran-24/